April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Lockdown di Jordan Dibuka, Begini Hasilnya

2 min read
Suasana Salah Satu Sudut Wilayah Jordan Saat Ditutup (Foto HK01)

Suasana Salah Satu Sudut Wilayah Jordan Saat Ditutup (Foto HK01)

HONG KONG – Setelah selama 48 jam, penguncian kawasan atau lockdown di kawasan Jordan selesai dilakukan, dan dinyatakan dibuka hari ini (25/01/2021) pada pukul 03:00 pagi, otoritas Hong Kong menyatakan telah melakukan pengujian terhadap sedikitnya 7 ribu orang sejak kawasan tersebut ditutup pada Sabtu (23/01/2021) kemarin.

Dari ribuan orang yang menjalani tes covid, ditemukan 13 kasus positif atau 0.17% dari total sampel.

Tes dilakukan secara maraton dari hunian ke hunian warga di kawasan yang dilockdown tanpa terkecuali.

Mengutip AFP, Selama akhir pekan lalu, polisi menutup permukiman miskin dan padat penduduk di sekitar 150 blok apartemen, tempat klaster Covid-19 muncul dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah warga dan pemilik bisnis mengkritik kebijakan Hong Kong lockdown ini, tetapi para pejabat merasa ini diperlukan dan berharap tidak perlu diulang lagi ke depannya.

“Kami tidak menganggap operasi ini sebagai pemborosan tenaga dan uang,” kata Menteri Kesehatan Sophia Chan

Hong Kong adalah salah satu wilayah pertama yang terinfeksi virus corona setelah menyebar dari China tengah. Kasus Covid-19 di Hong Kong Sampai Minggu (24/01/2021) mencapai lebih dari 10.000 dengan sekitar 170 kematian.

Mereka dapat menekan laju penularan dengan menerapkan social distancing ketat, tetapi berdampak parah pada perekonomian sepanjang tahun lalu.

Informasi terkait rencana lockdown Hong Kong di akhir pekan bocor ke media lokal pada Jumat pagi (22/01/2021), dan warga terlihat beranjak pergi sebelum polisi tiba larut malam. Kawasan yang di-lockdown memiliki populasi Asia Selatan yang banyak.

Mereka kerap menghadapi diskriminasi dan kemiskinan, sehingga ada kritik atas penanganannya, seperti produk daging babi dalam bungkusan makanan untuk keluarga Muslim.

Pekan lalu seorang pejabat kesehatan senior dikecam lantaran menyebut etnis minoritas mungkin lebih mudah menyebarkan virus, karena suka berbagai mekanan, merokok, minum miras, dan mengobrol bersama.

Namun kritikus menyebut bahwa faktor penularan sebenarnya adalah kemiskinan dan minimnya permukiman yang terjangkau sehingga memaksa orang-orang hidup dalam kawasan sempit, bukan ras atau budaya. []

Advertisement
Advertisement