April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Tak Bisa Disembunyikan, Riset Membuktikan, Semakin Banyak Punya Mantan “Pasangan”, Bibir Miss V Semakin Gelap

3 min read

ApakabarOnline.com – Banyak artikel kesehatan yang menyinggung dampak memiliki banyak mantan pasangan seks. Namun sebagian besar, selalu mengungkapkan dampak sexual behaviorism atau perilaku seksual semata. Punya banyak mantan pasangan bisa berdampak pada libido yang tidak wajar, bisa under atau dibawah normal, bisa pula menjadi over atau diatas normal.

Gontai-ganti pasangan di ranjang tak hanya berpotensi menyebarkan penyakit kelamin, seperti AIDS. Bahkan bagi wanita yang berganti pasangan di ranjang lebih dari 5 kali bisa menurunkan fertilitas dan resiko cacat pada janin.

Kok bisa? Penyebabnya, penyakit radang panggul yang pengaruhi kesuburan akan tiga kali lebih umum terjadi pada wanita yang telah memiliki lebih dari 5 pasangan seksual.

The SUN melansir, para ahli telah memperingatkan, wanita yang telah berhubungan seksual dengan 5 pria dapat mengalami gangguan kesuburan terkait risiko yang lebih besar. Gangguan itu adalah menderita infeksi radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID), yaitu infeksi yang menjangkiti tuba fallopi, rahim, leher rahim, atau panggul.

Menurut peneliti, PID dapat menyebabkan infertilitas dan nyeri perut abadi. PID juga berpotensi menyebabkan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim).

Selain soal wanita yang berhubungan dengan banyak pasangan seksual, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) menemukan, wanita yang mulai berhubungan seks sebelum berusia 12 tahun bahkan delapan kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit tersebut.

Selain mungkin menderita PID, wanita yang telah memiliki banyak pasangan seksual juga lebih berisiko terjangkit penyakit menular seksual (PMS).

Untuk itu, para peneliti menyimpulkan bahwa sangat penting bagi wanita untuk mempraktikkan seks yang aman, tak memiliki banyak pasangan seksual, dan mendapatkan pemeriksaan rutin dengan dokter saat sudah aktif berhubungan seks.

Gejala PID sendiri bisa berupa nyeri pada perut bagian bawah, demam, rasa sakit atau berdarah saat berhubungan seks, nyeri buang air kecil, dan terjadi perdarahan bukan pada waktu menstruasi.

Jika didiagnosis dini, PID bisa diobati. Namun, kerusakan yang sudah terjadi pada saluran reproduksi oleh penyakit tidak dapat dikembalikan.

Namun ternyata, lebih spesifik dan kasat mata alias mudah dilihat bekasnya, pada perempuan selain mengakibatkan dampak fertilitas serta perilaku seksual yang tidak wajar diatas, juga memiliki dampak fisik pada kondisi vagina.

Dikutip dari slate.com, sebuah perbincangan di laman Reddit menarik perhatian penulis artikel tersebut untuk melibatkan diri. Perbincangan membahas “semakin gelap warna vagina seseorang, semakin banyak pria yang pernah menidurinya” dan “hubungan ukuran bibir vagina dengan jumlah pasangan seksual”.

Seorang pengguna Reddit menuliskan, “Saya memiliki labia berwarna lebih gelap tapi nyatanya saya memiliki nol pasangan seks sebelum ini.”

Dari tanggapan-tanggapan di forum tersebut, jelaslah bahwa masih terlalu banyak orang yang menyamakan ukuran labia dengan jumlah pasangan seks.

Salah pengertian tentang anatomi wanita membeberkan penghakiman mendalam secara sosial tentang vulva dan anggapan aneh bahwa penis memiliki kekuatan ‘gaib’ sehingga bisa mengubah genitalia wanita.

Namun demikian, hal itu juga menjadi bukti kurangnya pendidikan seks yang tepat dan komprehensif (di AS), sehingga baik pria dan wanita hanya memiliki informasi yang terbatas tentang tubuh mereka.

Penulis tersebut dulu mengenal seorang pria berusia 20-an yang bertanya kepada seorang teman wanitanya mengapa wanita tidak duduk saja selama 20 menit di toilet dan mendorong keluar semua darah menstruasinya sehingga tuntas sekaligus.

Pada Senin lalu, 25 Januari 2016, laman Mic mengangkat perbincangan lawas di Reddit yang dimulai oleh seorang pengguna yang mencoba menepis mitos bahwa seringnya berhubungan seks dapat selamanya mengubah warna dan bentuk vagina seorang wanita.

Para pengguna Reddit yang membahas warna labia merujuk kepada sejumlah teori yang terdengar memungkinkan:

 

  1. Vulva itu seperti cincin mood perempuan. Misalnya, “Sayang, ada apa? Kamu tidak ‘melakukan’ tapi labia kamu tetap berwarna gelap.” Lalu, “Ketika kamu menganggukan kepala itu berarti ‘ya’, tapi labia kamu bilang ‘tidak’, apa maksudnya?”
  2. Lapisan-lapisan vulva itu seperti cincin sebatang pohon dan menunjukkan umur seorang wanita. Semakin tebal cincinnya berkaitan dengan jumlah tahun sang wanita dibasahi, atau melakukan seks dengan lebih banyak pasangan.
  3. Penis menjadi semakin kecil setiap kali pria melakukan penetrasi. “Semua pria mulanya punya penis yang panjang, tapi mereka menghabiskannya selama pemakaian,” kata seorang pengguna bernama calineko. “Hal ini dikenal dalam kalangan ilmiah sebagai dampak penajam pensil.”

Perbincangan mengenai perubahan warna vagina berkembang menjadi sesi bercerita tentang semua perumpamaan terburuk yang digunakan oleh para pendidik seks di sekolah menengah untuk memandang seksualitas sebagai kejahatan dan memuja-muja keperawanan.

Misalnya, perumpamaan tentang makanan yang pernah dikunyah dari mulut ke mulut, kue yang sudah menjadi remah-remah, atau pita isolasi yang tidak lengket lagi karena sudah sering ditempelkan ke beberapa kertas.  []

Advertisement
Advertisement