April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Tiket Pesawat Domestik Harganya Akan Segera Turun Hingga 60%

3 min read
Ribuan calon penumpang antre masuk ke dalam terminal untuk lapor diri atau chek in di Termial 1 B Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (23/12/2018). | Muhammad Iqbal /Antara Foto

Ribuan calon penumpang antre masuk ke dalam terminal untuk lapor diri atau chek in di Termial 1 B Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (23/12/2018). | Muhammad Iqbal /Antara Foto

JAKARTA – Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional atau Indonesia National Air Carrier Association (INACA) sepakat untuk menurunkan harga tiket pesawat hingga 60 persen. Kebijakan tersebut sebagai respon atas keluhan publik terhadap mahalnya harga tiket pesawat meski musim libur telah usai.

Rentang penurunan harga tiket domestik adalah 20-60 persen. Namun, penurunan harga tiket tetap menyesuaikan kebijakan maskapai masing-masing.

Ketua INACA, Ari Ashkara, menjelaskan keputusan tersebut diambil berdasarkan komitmen positif dari para pemangku kebijakan. Masing-masing adalah PT Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Airnav, dan PT Pertamina.

Akshara menyampaikan keputusan ini berlaku untuk 34 maskapai yang tergabung dalam INACA. Di antaranya adalah Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Sriwijaya Air, dan Indonesia AirAsia.

Anggota INACA juga mendiskusikan keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket penerbangan. Walaupun industri maskapai nasional sedang dalam situasi sulit, mereka akan memprioritaskan keluhan itu.

“Kami sudah mendengar keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket nasional. Dan atas bantuan atau komitmen positif dari stakeholder, kami sejak Jumat sudah menurunkan tarif harga domestik,” kata Akshara dalam CNN Indonesia, dikutip Senin (14/1/2019).

Beberapa tarif penerbangan domestik turun sejak Jumat. Antara lain untuk rute Jakarta-Denpasar, Jakarta-Yogyakarta dan Bandung-Denpasar, Jakarta-Surabaya.

Mulai Minggu (13/01/2019) atau Senin, maskapai juga akan menurunkan harga tiket penerbangan untuk rute domestik lainnya. Contohnya Jakarta-Padang, Jakarta Pontianak, dan Jakarta-Jayapura.

Sebelumnya, publik menyoroti kenaikan harga tiket domestik dari beberapa maskapai dalam negeri. Bahkan, ada beberapa petisi di Change.org yang dibuat untuk memprotes kenaikan harga tiket pesawat.

Salah satu petisi diawali oleh Nadya Wulandari dengan judul “Turunkan Harga Tiket Domestik”. Petisi itu dimulai dengan menyoroti harga tiket yang tetap mahal selama Januari. Tingginya harga tiket dirasa sangat membebani masyarakat Indonesia, khususnya perantau yang mencari kerja di luar kampung halaman.

 

Mahal karena avtur

Tingginya harga tiket dinilai merupakan dampak langsung dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Hal itu secara tidak langsung juga mengerek harga avtur sebagai bahan bakar pesawat.

Askhara menilai pelemahan rupiah tidak sebanding harga tiket pesawat domestik. Secara komposisi, ia menyebutkan, komponen lain yang juga memakan banyak ongkos adalah pembiayaan barang modal atau leasing. Maklum, proses pembayaran menggunakan dolar AS yang secara nilai tukar masih di atas Rp14 ribu.

“Dari 2016 sampai 2018 kurs kita sudah melemah sekitar 170 persen. Sedangkan maskapai penerbangan dari April 2016 tidak ada kenaikan,” tutur Akshara.

Padahal, beberapa harga komponen pokok dari penerbangan sudah meroket. Misalnya, harga bahan bakar (avtur) yang sudah naik 165 persen sejak 2016. Lalu, pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung penerbangan domestik.

Oleh sebab itu, INACA meminta kepada regulator dan operator PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan harga avtur hingga 10 persen.

Merespon permintaan asosiasi, pihak Pertamina menjelaskan harga avtur yang dibeli maskapai reguler di Indonesia merupakan harga kesepakatan dalam kontrak jangka waktu tertentu.

Harga avtur yang dijual oleh Pertamina mengikuti pergerakan harga minyak dunia secara umum. Jika harga minyak dunia berubah, harga avtur pun menyesuaikan.

“Jadi pada prinsipnya, kami yakin harga kami kompetitif,” kata ujar External Communication Manager Pertamina, Arya Paramita, dikutip dari CNBC Indonesia.

 

Ironi penumpang dari Aceh

Mahalnya harga tiket pesawat penerbangan domestik membuat masyarakat Aceh yang akan bepergian ke sejumlah kota di Indonesia mesti putar kepala. Warga yang ingin ke Pulau Jawa memilih transit di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk mendapatkan tiket pesawat yang lebih murah.

Perjalanan ke Jakarta dan sekitarnya via negara tetangga dipilih pelancong Aceh untuk menghemat biaya hingga 70 persen. Alhasil, untuk menempuh perjalanan ke Jakarta saja, warga Aceh harus mengantongi paspor.

Seorang warga Meulaboh, Aceh Dedi Iskandar, mengatakan penerbangan Aceh-Bandung via Kuala Lumpur Malaysia memang memakan waktu lebih lama. Pilihan terbang melalui luar negeri terpaksa dipilihnya karena tiket pesawat langsung Aceh-Bandung melonjak drastis harganya.

“Saya terpaksa milih jalur transit di Kuala Lumpur karena memang harga tiket lebih murah dan tidak ada pilihan lain. Itu murahnya sampai 70 persen,” ungkap Dedi dilansir dari detikcom.

Saat dilakukan penelusuran ke beberapa situs pemesanan tiket pesawat domestik yang terkenal, harga tiket langsung Banda Aceh ke Jakarta ternyata memang lebih mahal dibanding via Kuala Lumpur.

Untuk penerbangan pada Senin (14/01/2019) misalnya, harga tiket pesawat Lion Air dari Aceh ke Jakarta dengan sekali transit di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara, berkisar Rp2.185.000 hingga Rp2.586.000.

Sementara tiket maskapai Batik Air penerbangan langsung dari Aceh ke Cengkareng Rp2.383.000. Pesawat Garuda dengan penerbangan yang sama harga tiketnya Rp2.962.700.

Sedangkan jika transit ke luar negeri, harga tiketnya lebih murah. AirAsia, misalnya, rute Aceh ke Bandara Soekarno-Hatta dengan sekali transit di Kuala Lumpur harga tiketnya Rp1.525.000. Namun penerbangan dengan Air Asia waktu transitnya lebih lama, berkisar 10 hingga 12 jam.[]

Advertisement
Advertisement