March 16, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Nestapa Istri PMI asal Lombok Tengah, Berangkat Dengan Uang Pinjaman, Meninggal di Negara Penempatan, Dimintai Biaya Pemulangan

2 min read

JAKARTA – Tujuh pekerja migran Indonesia (PMI) asal Lombok, NTB, tewas kecelakaan di Serawak, Malaysia. Jenazah mereka hingga kini masih tertahan di Negeri Jiran.

Nestapa bertubi-tubi dialami. Beberapa dari mereka berangkat berangkat menggunakan uang pinjaman alias utang. Bukannya mendapat kerja, mereka malah tewas mengenaskan.

Tak sampai di situ, saat keluarga hendak memulangkan jenazah para korban, mereka tetap dimintai duit. Uang itu disebut sebagai biaya pemulangan.

“Makanya saya minta tolong kepada pemerintah agar suami saya bisa dipercepat pulangnya. Saya nggak ada uang. Kemarin aja ngutang,” kata Nurul Hidayah, istri salah satu korban Sarapudin (49) di Lombok Tengah, Selasa (26/11/2024).

Menurut Nurul, keberangkatan suaminya kali ini merupakan yang kelima. Ia menjelaskan bahwa baru kali ini ia menggunakan jalur ilegal atau nonprosedural.

Ongkos yang dikeluarkan korban dari rumah hingga Malaysia sebesar Rp 7,5 juta. Nurul menyebut keberangkatan suaminya melalui Bandara internasional Lombok (BIL), kemudian transit di Surabaya.

“Katanya nanti setelah dari Surabaya terus ke Pontianak, dan di sana dia akan ketemu sama tekongnya,” beber Nurul.

Nurul menyebut orang yang disebut sebagai tekong suaminya itu juga tewas dalam kecelakaan tersebut. Hanya saja, ia tak mengetahui secara detail yang ia maksud sebagai calonya.

“Katanya ikut kecelakaan juga. Tapi saya nggak tahu siapa dia,” ujarnya.

 

Dimintai Uang hingga Rp 30 Juta

Sebelumnya, Eka Fauziah, istri dari Agus Mulyadi juga berharap suaminya bisa segera dipulangkan. Eka mengungkapkan agensi di Malaysia sempat menelepon mengenai jenazah Agus. Pemulangan jenazah Agus bisa dipercepat. Namun, butuh biaya Rp 11-30 juta.

“Tapi saya nggak ada uang. Saya dapat di mana uang segitu. Makanya saya berharap segera dipulangkan,” kata Eka saat ditemui detikBali di rumahnya, Lombok Tengah, Selasa.

Eka membeberkan keluarga mengetahui kejadian tersebut setelah menerima informasi dari kepolisian Malaysia. Eka sempat tak mempercayai kabar tersebut. Hanya saja, setelah diminta membuka berita baru ia percaya.

“Saya tahu kabar kecelakaan itu sekitar pukul 9 pagi oleh polisi Malaysia. Saya di-chat kalau yang punya HP sedang kecelakaan. Setelah itu saya telepon balik tidak diangkat,” ujarnya.

Menurut Eka, keberangkatan suaminya ke Malaysia sudah keempat kali. Dia mengakui Agus selalu menggunakan jalur ilegal atau tanpa prosedur resmi.

“Suami saya ini keberangkatan yang keempat kalinya. Yang kedua kali itu di Malaysia Barat, dan kali ini di Malaysia Timur. Selama empat kali berangkat dia selalu melalui jalur gelap, saya nggak tahu juga siapa yang ajak dia. Yang jelas dia berangkat ke sana itu berdua,” bebernya.

Walaupun melalui jalur gelap, Agus selalu nekat berangkat karena motif ekonomi. Sebab, Eka berujar, ketika di rumah biasanya bekerja serabutan. Sebelum berangkat ke Malaysia kali terakhir, Agus sempat pulang ke Lombok selama empat bulan.

Kecelakaan maut itu terjadi pada Kamis (21/11) pekan lalu. Mobil yang mereka tumpangi bertabrakan dengan mobil lain. Tujuh warga tersebut diduga menghindari razia polisi karena tidak memiliki kelengkapan dokumen untuk bekerja di Malaysia.

Sumber Detik News

Advertisement
Advertisement