April 16, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Ketergantungan UMKM pada BBM Sangat Tinggi, Pelaku Terpaksa Menghitung Kembali Biaya Produksi

2 min read

JAKARTA – Peningkatan harga BBM akan berdampak langsung pada dunia usaha, terutama pada biaya produksi dan operasional.

Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia Arsjad Rasyid mengungkapkan dampak kebijakan ini secara langsung akan dirasakan oleh sektor transportasi, logistik dan sektor yang membutuhkan distribusi barang seperti retail.

Jika dilihat lebih detail, komponen biaya logistik di Indonesia dipengaruhi oleh biaya transportasi, dimana biaya BBM berkontribusi 40%-50% terhadap biaya transportasi. Selain itu, juga sangat berdampak pada UMKM, karena ketergantungan UMKM pada BBM yang sangat tinggi.

“Dalam jangka pendek, harga produk dan jasa tentu akan mengikuti peningkatan BBM,” ujar Arsjad dinukil dari CNBC, Senin (05/09/2022).

Hal ini tidak bisa terelakkan karena kebijakan peningkatan harga BBM yang juga mendorong meningkatnya komponen biaya produksi industri lainnya seperti, bahan baku, bahan penolong, biaya logistik dan distribusi, serta biaya lain-lain.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menilai inflasi akibat kenaikan harga BBM tidak bisa dihindari.

“Perkiraan kami, inflasi masih di bawah 7%. Mungkin sekitar 6%, tidak seperti Amerika sampai 9%.” ungkap Hariyadi dalam Power Lunch, Senin (05/09/2022).

Menghadapi kemungkinan ini, dia melihat pengusaha siap karena kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan masa pandemi. Saat pandemi, permintaan hampir tidak ada. Saat ini, Apindo menuturkan permintaan masih ada.

“Kami melihatnya selama demand masih ada, masyarakat masih beraktivitas, dan pengelolaan keuangan dilakukan dengan hati-hati kita bisa melewati itu,” paparnya.

Dia menambahkan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi masyarakat. Kontribusinya mencapai 60% lebih terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal ini, kata Hariyadi, menjadi fokus penting yang harus dijaga. Dengan adanya kenaikan harga di transportasi dan logistik, Hariyadi tidak menampik efeknya untuk harga barang dan jasa lainnya.

Namun, dia menilai kenaikan harga barang juga tidak bisa signifikan, terutama di luar sektor utama yang terdampak, seperti transportasi dan logistik. Dari sektor logistik, pemainnya sudah menyampaikan bahwa kenaikan tarif sekitar 8-10% dan sektor truk naik sekitar 25%.

Di luar itu, dia berharap penyesuaian harga atau tarif tidak sebesar itu. Walaupun, keputusannya akan beragam pada akhirnya. “Kalaupun naik, perkiraan kami sekitar di bawah 15%,” paparnya. []

 

Advertisement
Advertisement