December 4, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menggandeng Orang Tua, Masuk Surga

4 min read

JAKARTA – Ustaz Adi Hidayat dalam ceramahnya mengatakan, ada sebuah amalan yang bisa membuat orang masuk surga bersama dengan orang tuanya.

Bahkan, orang tersebut juga bisa mengajak anak dan istrinya untuk masuk surga bersama-sama.

Dilansir portaljember.com dari video yang diunggah channel YouTube ZEA Way pada Rabu, 18 Agustus 2021 menjelaskan tentang amalan dengan keutamaan dahsyat tersebut.

Tidak hanya sekedar masuk surga, menurut Ustaz Adi Hidayat, orang yang mengamalkan amalan ini akan mendapatkan perlakuan spesial di dunia dan akhirat.

“Ada amalan yang bila dikerjakan akan dijamin kemudahan oleh Allah selama di dunia dan di akhirat,” kata Ustaz Adi Hidayat.

Dia juga menyebutkan bahwa jasad orang tersebut saat di alam kubur akan dilindungi Allah.

“Di alam kubur akan dipelihara jasadnya, utuh hingga di hadapan Allah,” tambahnya.

Ada keutamaan yang lain, yakni saat hari pembalasan, orang itu akan mendapat hadiah berupa mahkota, perhiasan, dan jubah.

“Namun ada satu keutamaan yang paling dahsyat diberikan Allah kepada orang yang mengerjakan amalan itu. Keutamaan yang paling dahsyat itu adalah dapat menggandeng orang tua, istri, dan anak-anaknya ke surga,” ungkap Ustaz Adi Hidayat.

Lalu, saat di surga keluarga bahagia itu akan disambut oleh para malaikat Allah dengan ramah.

“Dan yang dahsyat, saat masuk surga diperkenankan menggandeng bapak, ibu yang melahirkannya, istri yang mendampingi selama hidupnya, dan anak keturunannya,” katanya.

Amalan yang dimaksud oleh Ustadz Adi Hidayat itu ialah mencintai kitab suci umat Islam, yakni Al-Qur’an.

Mencintai Al-Qur’an adalah suatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mencintai Al-Qur’an adalah dengan membersamai dan berinteraksi dengan Al-Qur’an setiap saat; membaca, memahami dan merenungi, serta mengamalkannya dalam kehidupan.

Para sahabat Rasulullah adalah orang yang sangat mencintai Al-Qur’an. Mereka antusias penuh semangat mendengarkan wahyu yang disampaikan kepada mereka. Setiap deretan ayat yang didapatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaikan hadiah yang sangat berharga.

Demikian pula generasi setelah sahabat, tabi’in. Mereka dengan penuh semangat membaca Al-Qur’an tanpa mengenal waktu. Kecintaan mereka terhadap Al-Qur’an dibuktikan dengan senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai teman sehari-harinya.

Melansir Nu.or.id, Imam al-Nawawi menceritakan bahwa terdapat sebagian tabi’in yang sehari-harinya membaca Al-Qur’an hingga mengkhatamkannya dalam sehari bahkan ada yang mengkhatamkannya di antara waktu zhuhur dan ashar. (Imam Nawawi, al-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Qur’an: 47).

Pada masa sekarang, jika seorang ditanya, apakah kamu mencintai Al-Qur’an? Tentu saja jawabannya adalah, “Iya, saya mencintai Al-Qur’an”. Jawaban ini adalah jawaban yang keluar secara otomatis tanpa perlu pemikiran dan perenungan.

Hanya saja, cinta butuh pembuktian tidak sekadar diucapkan oleh lisan semata.  Banyak orang yang mengaku mencintai Al-Qur’an tapi dalam sehari-harinya ia lebih banyak berinteraksi dengan HP (telepon genggam) daripada berlama-lama duduk bersama Al-Qur’an.

Bagaimana mungkin dia dikatakan mencintai Al-Qur’an sementara dia tahan berlama-lama memainkan keyboard ponsel, namun rasa kantuk menghampirinya saat menyentuh Al-Qur’an?

Seorang yang dirundung cinta, hatinya akan senantiasa terpaut, bibirnya selalu menyebut, ia akan merindukannya saat ia jauh darinya dan memutuskan segala sesuatu kecuali bersamanya. Ibaratnya, menurut Sayyidina Ali, dia adalah tawanan yang tidak bisa lepas dari yang dicintainya.

“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka dia adalah tawanan baginya” (Muhammad Nawawi, Nashaih al-Ibad:14). Demikian pula, seorang yang mencintai Al-Qur’an, hatinya senantiasa akan terpaut untuk selalu dekat bersamanya, merasa nyaman dengannya, ia bagaikan tawanan Al-Qur’an yang tidak bisa lepas darinya; membaca, memahami dan mengimplementasikan isi kandungannya.

Sebuah bacaan bila dibaca berulang-ulang, ia akan membosankan kecuali Al-Qur’an. Semakin banyak dibaca dan diulang-ulang, maka ia akan semakin menyenangkan, tampak indah dan bercahaya.

Imam al-Syatibi mengatakan:  “Al-Qur’an adalah sebaik-baik teman bercengkrama, ceritanya tidak membosankan, membaca dan mendengarkannya tidak menjenuhkan, bahkan tambah menarik jika diulang-ulang”. (Al-Syathibi, Hirz al-Amani wa Wajh al-Tahani fi al-Qira’at al-Sab’i: 2).

Seorang yang mencintai Al-Qur’an akan tampak darinya beberapa tanda:

 

  1. Hatinya senang bila berjumpa (membaca) Al-Qur’an.
  2. Duduk bercengkrama dengan Al-Qur’an dalam waktu yang lama tanpa rasa bosan.
  3. Rindu menggelora dalam hatinya bila ia jauh meninggalkan Al-Qur’an (lama tidak membaca Al-Qur’an), dia akan berusaha untuk bersama Al-Qur’an.
  4. Mengikuti arahan dan petunjuk Al-Qur’an serta merujuk kepada Al-Qur’an saat dia memiliki problem dalam hidupnya, baik yang kecil maupun yang besar.
  5. Mengikuti perintah Al-Qur’an dan menjauhi larangannya (Khalid al-Lahim, Mafatih Tadabbur Al-Qur’an wa al-Najah fi al-Hayat, 27-28).

 

Jika tanda-tanda di atas tampak dalam diri seorang, maka rasa cinta terhadap Al-Qur’an masih ada dalam hatinya. Tapi jika tanda-tanda tersebut tidak ada dalam dirinya, maka rasa cintanya terhadap Al-Qura’an telah sirna.

Oleh karena itu, seorang ulama berkata: “Janganlah seorang ditanya tentang dirinya kecuali Al-Qur’an, jika ia mencintai Al-Qur’an maka sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. []

Advertisement
Advertisement